Tanaman penghasil minyak atsiri
diperkirakan berjumlah 150 – 200 spesies tanaman yang termasuk famili Pinaceae,
Labiateae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae, dan Umbelliferaceae. Minyak
atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari daun, bunga, buah,
biji, batang atau kulit dan akar atau rhizome.
Cinnamomum sp. Adalah tanaman rempah dari famili Lauraceae
yang terdiri dari beberapa spesies. Hasil utama dari tanaman ini adalah
kulitnya yang digunakan sebagai rempah. Saat ini terdapat 7 spesies Cinnamomum
yang kulitnya dapat diperdagangkan, yaitu C. zeylanicum, C. cassia, C. tamala
Ness & Eberm, C. burmani Blume, C. sintok Blume, C. javanicum Blume dan C.
culilawan Blume. Sumatera Barat merupakan penghasil utama kulit C.
burmani . Istilah sehari-hari untuk tanaman ini adalah kayu manis. Kulit kering
tanaman ini disebut cassiavera. Tanamn ini juga dibudidayakan di Jawa Barat,
Tengah, Tengger (Jawa Timur) dan Mangarai (Flores).
C. burmani dapat ditanam di
daratan rendah sampai daratan tinggi yang kurang dari 1500 m dpl. Walaupun
demikian, tanaman ini tidak dianjurkan ditanam di daratan rendah yang kurang
dari 500 m dpl. karena akan menghasilkan kulit yang buruk mutunya. Untuk
pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan udara dengan kelembaban tinggi dan curah
hujan tinggi (2000~2500 mm) dan merata sepanjang tahun. Tanah yang cocok untuk
pertumbuhannya adalah tanah berhumus dan dalam serta tekstur remah
berpasir. Tanaman ini dapat dipanen (diambil kulitnya) setelah ditanam
selama 2 tahun. Biasanya petani memanennya setelah berumur 4 tahun.
Nilam (Pogostemon sp.) adalah tanaman penghasil minyak
atsiri yang banyak ditanam di Sumatera Barat, Sumatera Utara (Nias, Tapanuli
Selatan, Tapanuli Tengah), Aceh Barat, Aceh Selatan dan Purwokerto. Ada 3 jenis
nilam, yaitu: Pogostemon patchouli, P. heyneanus dan P. hortensis.
P. patchouli berasal dari Filipina, kemudian disebarkan dan
berkembang di Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brazilia dan Indonesia. Di
Indonesia nilam inidi tanam di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Nilam
ini tidak berbunga, kadar minyaknya tinggi (2,5~5 %). Karakteristik minyaknya
sesuai dengan yang diinginkan dalam perdagangan.
P. heyneanus disebut juga nilam
Jawa atau nilam hutan. Tanaman ini berasal dari India. Di Indonesia, tanaman
ini banyak ditemukan di hutan-hutan Pulau Jawa. Tanamn ini dapat membentuk
bunga dan kadang minyaknya lebih rendah (0,5~1,5%). Karakteristik minyak ini
kurang diinginkan dalam perdagangan. P. hortensis. disebut juga nilam
sabun karana dapat digunakan untuk mencuci pakaian. Tanaman ini hanya ditemukan
di hutan-hutan daerah Banten. Meskipun sepintasmirip nilam Jawa, tanaman ini
tidak berbunga. Kandungan minyaknya juga rendah (0,5~1,5 %). Sifat minyaknya
jelek dankurang diminati pasar.
Tanaman nilam tumbuh dengan baik
di daratan rendah, tapi dapat ditanam di daratan tinggi yang tidak lebih dari
2200 m dpl. Untuk pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hujan yang merata
sepanjang tahun dengan curah hujan yang cukup tinggi (2500~3500 mm). Suhu yang
hangat 24~28 0 C dan kelembaban udara sedang (75%). Agar tumbuh dengan
baik, tanaman ini membutuhkan yanah yang subur, gembur, dan banyak mengandung
humus. Tanaman sudah dapat dipanen 6~8 bulan setelah ditanam. Kemudian
panen dapat diulang setiap 3 bulan.
Jahe merupakan salah satu tanaman rempah. Tanaman ini
membutuhkan curah hujan yang tinggi dan tanah subur untuk pertumbuhannya.
Tanaman ini banyak diusahakan di daerah yang berketinggian 500~1000 m dpl.
Saat ini terdapat 3 jenis jahe, yaitu jahe putih kecil (jahe
sunti), jahe merah dan jahe besar (jahe gajah). Jahe sunti dan jahe merah
mengandung cleoresin dan erat lebih banyak dibanding jahe gajah. Jahe
diolah menjadi berbagai produk, diantaranya adalah jahe kering, bubuk jahe,
minyak atsiri jahe, pikel jahe, jahe kristal dan manisan jahe.
Pala terdiri dari berbagai spesies, yaitu Myristica fragrans
yang berasal dari Pulau Banda; M. argenta Warb (Papua noot) dan M. schefferi
Warb yang berasal dari Papua Barat, M. speciosa yang berasal dari Pulau Bacan
serta M. sucecanea yang berasal dari Pulau Halmahera. Buah dari M speciosa dan
M. sucecanea tidak bernilai ekonomis sehingga spesies ini tidak dibudidayakan.
Pala tumbuh dengan baik pada
daerah yang banyak curah hujannya atau daerah beriklim basah sepanjang tahun
dengan udara yang cukup panas (25~30 0 C) dan lembab. Tanaman ini dapat tumbuh
didaratan rendah yang kurang dari 700 m dpl pada tanah cerul yang dapat
menahan air.
Pala mulai berbuah setelah berumur 5~6
tahun. Pada umur 10 tahun tanaman ini akan memberikan hasil buah yang optimal.
Tanaman ini produktif berbuah sampai 25 tahun. Buah pala berbentuk bulat
telur dampai lonjong, bagian terluar adalah kulit buah. Di bawah kulit buah
terdapat tempurung biji yang diselubungi oleh jala berwarna merah api yang
disebut dengan fuli.
Buah pala dapat
digunakan sebagai bahan baku jamu dan bumbu. Minyak biji pala (misrintin) dapat
memberikan efek halusinasi dan membunuh larva peptisida. Minyak fuli dapat juga
membunuh larva serangga. Buah muda dari pala dipetik untuk disuling minyaknya
karena kandungan minyak atsiri buah pala muda lebih tinggi dibanding dengan
buah tua.
Tanaman gambir (Uncaria gambir) merupakan tanaman daerah
tropis. Tanaman ini telah dibudidayakan semenjak beberpa abad di daerah paling
basah di Sumatera, Kalimantan, Malaysia dan ujung barat Pulau Jawa. Saat ini
sebagian besar produksi gambir berasal dari Sumatera Barat dan sebagian kecil
dari Sumatera Selatan dan Bengkulu.
Dalam perdagangan, gambir merupakan istilah untuk ekstrak
kering daun tanaman gambir. Ekstrak ini mengandung catechin (memberikan pasca
rasa manis enak) asam catechu tanat (memberikan rasa pahit) dan juercetine
(pewarna kuning). Catechin hidrat (bentuk d, L dan dL) mempunyai titik
leleh 93 0 C dan bentuk anhidridanya mempunyai titik leleh lebih tinggi, yaitu
174~175 0 C. Catechin tersebut larut dalam air mendidih dan alkohol dingin.
Gambir telah lama digunakan sebagai
salah satu ramuan makan sirih. Selain itu gambir digunakan sebagai astrigen,
antiseptik, obat sakit perut dan bahan pencampur kosmetika, perjernih air baku
pabrik bir, pemberi rasa pahit pada bir dan bahan penyamak kulit.
Untuk bahan obat, importir
Jerman Barat mensyaratkan kadar catechine gambir 40`60 % dan perusahaan Ciba
Geigy mensyaratkan catechin minimal 60,5%. Untuk menyamak kulit,
perusahaan pengolah kulit Cuirplastek R. Bisset dan Cie mensyaratkan kandungan
tanin 40 %.
Tanaman gambir dapat dipanen
setelah 1~1,5 tahun setelah panen. Yang dipanen adalah daun beserta ranting
tanaman. Jaringan tanaman tersebut banyak mengandung cathecin. Panen dilakukan
dengan memotong cabang dan ranting-ranting tanaman. Setiap tahun, panen dapat
dilakukan 2~4 kali tergantung kepada pertumbuhan tanaman. Tanaman gambir dapat
dipanen terus menerus selama 15 tahun semenjak pemanenan.
DAFTAR PUSTAKA
https://jualmesinminyakatsiri.wordpress.com/2016/07/26/8-manfaat-dan-fungsi-minyak-atsiri-akar-wangi-untuk-kesehatan/
https://nestri4ict.files.wordpress.com/2012/12/buku-atsiri.doc
https://dewismkn1tmg.wordpress.com/2013/04/12/bab-iv-pembuatan-minyak-atsiri/
http://www.pureessentialoils.com/bottles.htm
http://www.caesarvery.com/2012/11/macam-proses-pemisahan.html
https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/kayu-manis-penyakit-liver/
https://www.khasiat.co.id/daun/nilam.html
https://familinia.com/khasiat-dan-manfaat-jahe/
http://homesweetplant.blogspot.com/2016/05/cara-melakukan-budidaya-buah-pala-di.html
http://www.jurnalasia.com/bisnis/gambir-tanaman-liar-bernilai-ekonomi/